Jumat, 18 Maret 2011

5 Kebiasaan yang Merusak Keindahan Rambut

Tanpa disadari, ada banyak kebiasaan sehari-hari yang memiliki efek buruk pada kesehatan rambut. Agar kerusakan rambut tak bertambah parah, cobalah menghindari kebiasaan berikut ini:


1. Menyisir rambut basah
Seperti dikutip dari CareFair.com, rambut yang basah kekuatannya menjadi berkurang. Menyisir rambut dengan sisir sikat setelah keramas akan justru membuat rambut patah atau rontok. Sebaiknya gunakan sisir jari untuk merapikan rambut basah Anda. Setelah kering, baru rapikan dengan sisir sikat.

2. Mengeringkan rambut dengan handuk terlalu kencang
Saat mengeringkan rambut dengan handuk, jangan menggosok terlalu kencang. Alasannya hampir sama dengan menyisir rambut di waktu basah: menggosok rambut terlalu kencang hanya akan membuat patah dan mudah bercabang.

3. Mengikat rambut terlalu kencang
Rambut yang diikat terlalu kencang akan menjadi rapuh. Nutrisi rambut tak akan menyebar dengan sempurna jika selalu diikat terlalu kencang. Ikatlah rambut dengan lembut dan kencangkan ikatan secukupnya. Hal ini juga dapat menghindarkan rambut dari kerontokan — akibat tertarik sewaktu proses pengikatan.

4. Tidur dengan rambut terikat
Sel-sel pertumbuhan rambut lebih aktif saat kita tidur. Karenanya, tertidur dalam keadaan rambut terikat membuat sel-sel rambut tidak bisa aktif seluruhnya sehingga keindahan rambut pun menjadi berkurang. Tidur dengan rambut terikat juga bisa membuat rambut kusut di saat bangun. Akibatnya, rambut akan sulit ditata.

5. Suhu pengering rambut terlalu tinggi
Mengeringkan rambut dengan suhu yang terlalu tinggi akan membuatnya kering dan rapuh. Sesekali, mengeringkan rambut demi menatanya memang tidak masalah. Tapi sebaiknya jangan dilakukan setiap hari. Lebih baik angin-anginkan rambut hingga kering. Beberapa produk pengering rambut juga menyediakan fitur yang memungkinkan Anda mengatur suhu sesuai keinginan. Pasanglah pada suhu yang paling rendah untuk menjaga kesehatan rambut.

APBN ( Softskill 2 )

nama   : dea dara mutia
kelas    : 21210711 / 1EB23

 Pengertian APBN 

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. ( Wikipedia )
Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran Negara untuk suatu jangka waktu tertentu bisanya satu tahun.

 Fungsi APBN

a. Fungsi alokasi
Anggaran pendapatan Negara merupakan sumber anggaran biaya yang harus dikeluarkan oleh Negara. Dengan masuknya sumber pendapatan ke kas Negara maka Negara atau pemerintah dapat menggunakan pendapatan ini untuk pembiayaan program pembangunan dan mengalokasikan dana tersebut sesuai dengan sasaran – sasaran yang dituju.
b. Fungsi distribusi
Sumber endapatan Negara yang berasal dari rakyat harus digunakan untuk kepentingan umum, namun dapat juga disalurkan kembali kepada masyarakat. Misalnya subsidi pupuk, subsidi BBM dan listrik.
c. Fungsi stabilitas
Anggaran pendapatan Negara dilaksanakan untk mengatur perekenomian dan pemerintahan dengan baik. Pelaksanaan anggaran sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan disiplin anggaran. Apabila semua yang tercantum dalam anggaran itu tidak dilaksanakan maka penyusunan APBN tidak ada artinya. 
d. Fungsi otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat 
e. Fungsi perencanaan 
Anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut.
f. Fungsi pengawasan 
Anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

 Sumber Pembiayaan APBN

Pembiayaan meliputi:

1. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Uutang Negara serta penyertaan modal negara dan pajak
Pajak dalam negeri : penghasilan , pertambahan nilai , cukai dll
Pajak perdagangan internasonal : bea masuk , pungutan ekspor

2. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
    - Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek
    - Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium
3. Hibah yaitu pemberian dari pemerintah lain atau lembaga Internasional dan tidak menimbulkan kewajiban.

Pengeluaran APBN

Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:
  1. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan).Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.
  2. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
    1. Dana Bagi Hasil
    2. Dana Alokasi Umum
    3. Dana Alokasi Khusus
    4. Dana Otonomi Khusus

Perhitungan APBN

Terjadi APBN surplus apabila sisi penerimaan lebih besar dari sisi pengeluaran, sedangkan APBN defisit terjadi apabila sisi penerimaan lebih kecil dari sisi pengeluaran.

 Dalam Perekonomian tiga sektor dapat ditulis sbb:
Y = C + I + G
Komponen C, I, dan G merupakan pengeluaran yang akan membentuk pengeluaran agregat yaitu :

Variabel   I dan G  disebut injeksi yang menyebabkan perbesaran arus pendapatan
Sebaliknya  pajak (T = tax) atau kalau ada saving (S) disebut kebocoran yang menyebabkan menciutnya arus perputaran pendapatan nasional.
Sehingga Keseimbangan makro tiga sektor akan tercapai apabila  injeksi = kebocoran atau
I + G = S + T.
Apabila ada goncangan ekonomi yang mengakibatkan berubahnya keseimbangan tersebut , maka akan ada penyesuaian. Misal ada goncangan ke bawah (terjadi pengangguran, inflasi, stagnasi produksi dan sebagainya ) maka akan ada usaha penyesuaian misal  pengurangan G atau Tr.
Salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengintervensi jalannya mekanisme pasar adalah melalui kebijakan fiskal.
Kebijaksanaan Fiskal adalah usaha pemerintah untuk memanipulasi pengeluaran dan penerimaan dalam APBN.

Contoh perhitungan, kembali pada inisiasi 3.

Keseimbangan pendapatan nasional
Keseimbangan pendapatan nasional terjadi apabila
Y = C + I,
artinya :
besarnya Pendapatan nasional (Y) = penawaran agregat oleh individu (C) dan oleh perusahaan (I)

besarnya C= a + bY
I = Io ; investasi otonom

Jadi
Y = C + I
C = a + bY
I = Io

Misal:
Y = C + I     syarat keseimbangan
C = 40 + 0,5Y
I=Io = 110

Maka, pendapatan nasional keseimbangan (Ye), adalah:
Ye = Y
Ye = 40 + 0,5Ye + 110
Ye – 0,5Ye = 150
Ye = 150/0,5
Ye = 300 (besarnya Ye setelah adanya investasi sebesar 110)

Sedangkan konsumsi keseimbangan besarnya adalah:
C = 40 + 0,5 (300)
Ce = 190

Sedangkan sebelum adanya investasi besarnya Y adalah
Y = C; dimana C = 40 + 0,5 Y
Maka
Y = 40 + 0,5 Y
Y – 0,5Y = 40
Y = 40/0,5
Y = 80 (besarnya Y sebelum adanya investasi)

Dalam ekonomi tiga sektor, maka pengaruh G (pengeluaran pemerintah) mulai diperhitungkan.

Y = C + I + G
Ingat ada dua pendekatan yang bisa digunakan:
1. Pendekatan pengeluaran agregat = penawaran agregat
2. pendekatan injeksi = kebocoran

Pendekatan 1 (Pendekatan pengeluaran agregat = penawaran agregat)
contoh:
C = 40 + 0,5 Y
I=Io = 110
Go = 120
Berapa besarnya pendapatan nasional keseimbangan setelah adanya Go sebesar 120?

Y = C + I + G
Y = 40 + 0,5Y + 110 + 120
Y   = 0,5 Y + 270
Y – 0,5Y = 270
0,5 Y = 270
YE = 540 ( pendapatan Nasional keseimbangan setelah ada G)

Sedangkan konsumsi keseimbangan setelah ada G, dihitung:

Ce = 40 + 0,5 Ye
40 + 0,5 (540)
Ce = 310 ( konsumsi keseimbangan setelah ada G)

Pendekatan 2 (pendekatan injeksi = kebocoran
Yang disebut injeksi adalah I + G,
Yang disebut kebocoran adalah S + T
Io = 110
Go = 120
To = 0 (diasumsikan belum ada pajak)
I + G = S + T
110 + 120 = S + 0
Se = 230 satuan uang (saving dalam keadaan keseimbangan)

Cara menghitung Se juga bisa menggunakan rumus S, yang merupakan turunan dari fungsi konsumsi.
S = -a + (1 – b) Y, dimana => S = -a + MPS. Y
a = konsumsi otonom
b = MPC,    sehingga ( 1 – b) = MPS

maka
S = -40 + (1- 0,5) 540
Se   = 230 satuan uang


Kesimpulan 1:
Besarnya pendapatan nasional keseimbangan ketika hanya ada C (belum ada I dan G) sebesar,  Y = 80 satuan uang

Setelah ada investasi sebesar I = 110. Maka Ye naik menjadi
Ye = 300 satuan uang

Setelah ada pengeluaran pemerintah sebesar G = 120, maka Ye naik menjadi:
YE = 540 satuan uang

Demikian pula dengan adanya G maka konsumsi keseimbangan juga naik dari 190 menjadi 310 (satuan uang)

Apabila ada pajak (T), maka akan terjadi kebocoran pendapatan nasional, yang artinya pendapatan nasional keseimbangan akan turun.
Perhatikan:

Misal ada pajak To = 80

Gunakan Pendekatan 1 (Pendekatan pengeluaran agregat = penawaran agregat)
Y = C + I + G
C = 40 + 0,5 Yd (   Yd atau Ypsp adalah pendapatan siap pakai, yakni pendapatan yang telah dikurangi oleh pajak)
To = 80
Io = 110
Go = 120

Dari persamaan Y = C + I + G
Maka
Y =40 + 0,5 (Y-80) + 110 + 120
Y = 0,5 Y + 230
0,5 Y = 230

Ye = 460 satuan uang (pendapatan nasional equilibrium setelah kena pajak.  Ternyata turun dari semula 540  menjadi 460)

Berapa besarnya konsumsi keseimbangan setelah terkena pajak (To = 80)?
Ce = 40 + 0,5 Yd
Ce = 40 + 0,5 (Y – 80)
Ce = 40 + 0,5(460 – 80)

Ce = 230 satuan uang (konsusmi keseimbangan setelah terkena pajak sebesar To = 80, ternyata turun dari semula 310 menjadi 230)

Apabila digunakan Pendekatan 2 (pendekatan injeksi = kebocoran)
To = 80
Io = 110
Go = 120
S = -a + (1-b) Yd
S= -40 + (1 – 0,5) Yd   => S = -40 + 0,5Yd
Ingat
I + G = S + T
110 + 120 = -40 + 0,5Yd + 80
230 = -40 + 0,5 (Y-80) + 80
230 = 0,5Y + 0
Y = 230/0,5
Ye= 460 satuan uang ( besarnya sama dengan Ye pendekatan pengeluaran agregat = penawaran agregat ), cek kembali ke atas

Sedangkan besarnya saving keseimbangan adalah:
Se =  -40 + 0,5Yd
= -40 + 0,5 (460 – 80)
Se   = 150 satuan uang (dengan adanya pajak To = 80 maka saving juga turun dari sebesar  230  menjadi 150)

PEMBIAYAAN BERSIH DI + DII = D = C
Ket : DI  = Pembiayaan dalam negeri (  perbankan dan non perbankan )
        DII = Pembiayaan luar negeri ( penarikan pinjaman luar negeri dan pembayaran cicilan pokok hutang)
pengeluaran > penerimaan =  defisit anggaran


 Sumber :
LKS EKONOMI Untuk Kelas 2 SMU
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara
http://kuliahaku.wordpress.com/2010/10/12/anggaran-pendapatan-dan-belanja-negara/

Minggu, 13 Maret 2011

ms.excel

sumber dari Filona

Pada Microsoft Excel ada ya dikenal dengan pemrograman formula, di tulisan ini penulis akan memberikan contoh formula IF, SUM dan AVERAGE..

Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut :

1.       Disini penulis membuat contoh sederhanadari pembelian barang.










2.       Untuk mengisi Level barang, syarat yang dibuat adalah
-   Jika Harga Satuan < 450000 maka Level Barang = Murah
-   Jika Harga Satuan > 1000000 maka Level Barang = Mahal
-   Jika Harga Satuan diantara 450000 dan 1000000 maka Level Barang = Pas

 Untuk membuat syarat tersebut digunakan formula IF, yaitu IF NESTED (IF bertingkat), yaitu :

=IF(B2<450000;"MURAH";IF(B2>1000000;"MAHAL";IF(450000>B2>1000000;"PAS")))

Maka tampilannya akan seperti ini :












Untuk melihat hasil semua yang ada di level barang pada kolom C, tarik garis di sudut bawah cell C2 sampai tanda (+) berubah menjadi (+) yang tebal, kemudian tarik sampai cells C9.

3.      Pada kolom jumlah isikan barang yang ingin di beli.

4.      Status pembelian kita penulis menggunakan formula IF Nested kembali, dengan syarat-syarat yang di tentukan :
-   Jika Jumlah = 0 maka Status Pembelian = TIDAK BELI
-   Jika Jumlah > 0 maka Status Pembelian = BELI

=IF(D2=0;"TIDAK BELI";IF(D2>0;"BELI"))

Langkah selanjutnya sama seperti langkah nomor 2.









5.       Kolom F berisikan Harga barang yaitu harga satuan dikalikan dengan jumlah, menggunakan SUM.






















Dan tarik garis di sudut bawah cell F2 sampai tanda (+) berubah menjadi (+) yang tebal, kemudian tarik sampai cells F9.
















6.       Langkah selanjutnya mencari TOTAL level barang, Jumlah, dan Harga Barang.
Menggunakan SUM, dengan cara ketik =SUM kemudian blok cell dari B2 sampai B9. Maka hasilnya akan menjadi =SUM(B2:B9).













Sama juga untuk mencari TOTAL Jumlah dan Harga Barang.

7.       Langkah selanjutnya yaitu mencari RATA-RATA Harga Satuan, Jumlah dan harga Barang. Dengan menggunakan AVERAGE.
Caranya ketik =AVARAGE kemudian blok
-   B2 sampai B9 untuk Harga Satuan.
-   D2 sampai D9 untuk Jumlah.
-   F2 sampai F9 untuk Harga Barang.